Begitu banyak alternatif yang sudah dikembangkan berbagai kalangan mencegah dampak plastik semakin meluas. Beberapa negara mulai mengembangkannya dengan memanfaatkan teknologi serta peralatan industri.
Solusi yang sedang dikembangkan untuk saat ini adalah pengubahan manfaat menjadi pupuk kompos. Sehingga, setiap plastik tersebut akan mendapatkan label sebagai compostable.
Sayangnya untuk menjadikannya menjadi bahan pembuat pupuk, setiap produk harus dihancurkan dan diurai terlebih dulu. Disinilah peran besar dari teknologi karena penguraian tersebut tidak dapat dilakukan secara alami.
Walaupun, sudah bergelar sebagai biodegradable. Namun, untuk proses penguraian ini masih butuh waktu. Minimal 5 tahun agar bisa menjadi partikel kecil dan diolah kembali. Waktu tersebut diyakini terlalu lama.
Bencana sudah terjadi hampir di seluruh dunia. Kondisinya kalau mengumpulkan seluruh data dan kejadian. Maka, kejadian tersebut hampir terjadi setiap hari. Jadi, harus melakukan percepatan.
Pemanfaatan Teknologi dan Mikroba
Jika ada pernyataan muncul bahwa plastik Biodegradable ini dapat terurai dalam kompos dan menjadi bahan utama, jawabannya kurang tepat. Yang benar adalah dengan bantuan teknologi dan mikroba hingga mampu terurai.
Jadi, pengubahannya akan dicerna dan dibentuk menjadi sebuah biomassa, air serta karbon dioksida. Tidak boleh menggunakan oksigen karena, akan menjadi gas metana yang mampu dijadikan sebagai sumber bahan bakar baru.
Dari perubahan inilah peneliti mulai melakukan daur ulang dengan menjadikan sebagai sebuah pupuk. Memang proses yang dilakukan tidak mudah dan membutuhkan waktu.
Tetapi, proses tersebut dilakukan secara industri. Jadi, keadaannya mampu sedikit menyelamatkan alam dan mampu menghindari ekosistem menjadikannya sebagai makanan.
Sayangnya, untuk bisa dijadikan sebagai pupuk adalah jenis plastik yang pembuatannya menggunakan teknologi Bioplastik atau berbahan dari berbagai macam tanaman seperti singkong.
Diyakini bahan tersebut menjadi produk ramah lingkungan karena, kandunganya tidak akan merusak struktur dari tanah. Dengan kandungan logam serta struktur turunannya. Jika diteruskan, tanah tersebut tidak lagi menjadi subur tetapi semakin tandus.
Selain berbahan tanaman, beberapa ilmuwan juga sedang mengembangkan polyhydroxyalkanoates atau disebut dengan PHA. Dalam perkembangannya, jenis ini menjadi memanfaatkan peran mikroba yang mampu mengubahnya menjadi biopolimer.
Dengan begini, penggunaan plastik dapat berubah menjadi jenis sintetis dan terurai dengan sempurna. Sehingga, pemanfaatannya untuk jenis baru dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh semua pihak.
Pemanfaatan dan Penelitian Bahan Polystyrene

Dalam penelitian lebih lanjut ditemukan bahan Polystyrene ternyata mampu diubah menjadi bentuk baru yang dapat diurai. Dalam hal ini peneliti menemukan sesuatu cukup mengejutkan di mana hasilnya jauh lebih baik dibandingkan dengan bahan pembuatan dari tanaman.
Jika, penelitian ini dapat menghasilkan sebuah kebenaran. Maka, peran tanaman dapat dialihkan untuk fungsi lainnya yang juga tidak kalah penting. Sayangnya, apakah semua manfaat tersebut bisa menjadi solusi terbaik.
Dalam melakukan penelitian para peneliti ikut menyangkal dengan hasil temuannya itu akan berbuah manis. Karena, kenyataannya perilaku manusia yang sulit untuk diatur dengan membuangnya pada tempat yang disediakan.
Beberapa kasus masih saja membuang sembarangan. Kenyataan tersebut juga didukung oleh peran industri yang memberikan label pada produk mereka “akan hancur dan dapat diurai” Tetapi, fakta dilapangan menunjukkan sebaliknya.
Jika, akhirnya dapat terurai menimbulkan permasalahan baru yaitu munculnya mikroplastik. Dengan demikian, apa yang dilakukan peneliti bisa jadi sempurna bila disertai dengan peran dari masyarakat.
Plastik biodegradable memang akan terurai di dalam kompos. Tetapi, membutuhkan biaya cukup besar dalam mengubah dan menguraikannya. Ditambah lagi kedisiplinan dalam membuangnya. Tatanan dan sistem seperti tidak mudah, akibatnya pencemaran tersebut masih saja terjadi.