Alasan Tepat Mengapa Singkong Bisa Jadi Bahan Dasar Pembuatan Kantong Plastik

Ada begitu banyak bahan yang bisa digunakan untuk membuat kantong plastik lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah singkong.

Dia dan ketiga temannya sempat melakukan penelitian mencoba melihat kandungan dari jagung, singkong, sampai dengan kedelai. Ternyata ketiga nabati tersebut berpotensi dijadikan sebagai salah satu bahan yang lebih ramah dibandingkan dengan fosil.

Teknologi yang digunakan adalah eco plastik singkong di mana untuk bahan baku pembuatan bijinya diambil dari ampas atau limbah yang wajib dibuang. Dengan begini, hampir seluruh singkong memiliki nilai dan manfaat ekonomi yang  begitu banyak.

Source Image: unsplash @brian_yuri

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa, bahan singkong mampu terurai oleh berbagai mikroba. Hasilnya cukup mengejutkan karena, lebih cepat dibandingkan konvensional yang membutuhkan waktu hampir ratusan tahun.

Menariknya lagi dari hasil penemuan tersebut, mikroba yang dapat menguraikannya tidak hanya ada di darat saja melainkan laut juga. Dalam proses penguraiannya, mikroba ini akan memakan semua bahan yang terkandung di dalam plastik tersebut. Sehingga, seutuhnya menghilang.

Bukan pecah menjadi bagian kecil yang ternyata menyebabkan permasalahan lain dan itu lebih serius. Dengan berbahan singkong ini, semua peneliti termasuk para pengusaha optimis pencegahan pencemaran lingkungan bisa tercapai targetnya.

Proses Pembuatan Plastik Dari Singkongnya

Source image : metro.tempo.co

Sayangnya, saat ini baru dalam tahap pengembangan. Belum sepenuhnya industri bersedia menggunakannya. Karena, dalam bisnis tetap harus ada perhitungan serta kalkulasi terlebih dulu. Tidak heran bila penyerapannya sampai saat ini masih jauh diatas rata-rata yaitu 1% saja. Sangat kecil sekali bukan? Mengingat hampir setiap hari limbah yang diproduksi hampir berkali lipatnya.

Lipi menyebutkan faktor yang membuat penelitian ini kurang berkembang adalah prosesnya dinilai cukup rumit. Jadi, awalnya bahan tersebut harus diproses dulu menjadi  tepung singkong. Selanjutnya, ditambahkan dengan gliserol.

Dengan begini, komponen plastiknya akan semakin kuat dibandingkan lainnya. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses ekstrusi yang dilakukan menggunakan ekstruder. Suhu yang diperlukan kurang lebih 100 sampai 160 derajat.

Hasil dari ekstrusi tersebut akan berubah menjadi pellet. Dari sinilah bahan baku pembuatan plastik mulai dilakukan. Cukup rumit dan sulit bukan? Karena, alasan itulah perkembangannya industri yang bersedia membuatnya sulit ditemukan.

Apalagi, pada prosesnya tidak cukup sampai disitu saja. Ada proses pemanasan sampai tiup hingga akhirnya, menjadi sebuah lembaran kecil lalu memasuki tahap akhir merupakan proses pencetakan dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk sistem produksinya.

Mengatasi Harga Mahal dan Penerapannya di Indonesia

Sayangnya, untuk harga jualnya masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konvensional. Hal ini jadi wajar karena, produksinya sendiri masih sedikit. Jadi, secara kalkulasi bisnis membutuhkan biaya cukup besar.

Berbeda kalau kasusnya permintaan meningkat. Bahan baku yang dibeli pasti jauh lebih banyak hingga akhirnya terjadi penurunan harga. Perlu diingat mengenai sistem dagang di mana semakin banyak membeli, biasanya harga akan semakin murah.

Oleh karena itu seharusnya semua pihak mulai mendukung pemanfaatan singkong sebagai bagian dari kantong plastik yang ramah lingkungan. Walaupun, kenyataannya saat masuk di air mikroba yang memakannya perlu waktu.

Bisa terurai tetapi, tetap meninggalkan potongan kecil yang tidak kalah berbahaya. Jika, dimakan oleh hewan dan termakan manusia. Kondisinya akan sangat parah, hanya saja kebiasaan tersebut bisa dihindari dengan edukasi dan pemantauan secara intens dari awal sampai akhir.

Dengan terus meningkatnya plastik berbahan dasar singkong. Anda ikut melestarikan alam dan menghindari pencemaran lingkungan yang semakin parah di berbagai kawasan, termasuk Indonesia. Ayo kita bisa melakukannya!